Sifat Syirik: Pengertian, Sejarah, Jenis, Pembagian dan Bentuknya

Posted on

Apakah Anda sedang mencari pengertian syirik, sejarah syirik, jenis-jenis syirik, pembagian syirik dan bentuk-bentuk syirik, jika iya? maka Anda berada di website yang tepat.

Jangan lupa berdoa biar ilmunya berkah!

Sifat Syirik Pengertian Sejarah Jenis Pembagian dan Bentuknya

Pengertian Syirik

Menurut Ibnu Manzur, kata syirik berasal dari kalimat fi’il madhi yaitu ‘syaraka’ yang bermakna bersekutu dua orang misalnya seseorang berkata “a asyraka billah”, artinya bahwa dia sederajat dengan Allah SWT, dikutip dari publikasi oleh uin.suska.ac.id.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian syirik adalah penyekutuan Allah SWT dengan yang lain. Misalnya pengakuan kemampuan ilmu daripada kemampuan dan kekuatan Allah SWT, peribadatan selain kepada Allah SWT dengan menyembah patung, tempat-tempat keramat dan kuburan, dan kepercayaan terhadap keampuhan peninggalan-peninggalan nenek moyang, yang diyakini menentukan dan mempengaruhi jalan kehidupan.

Menurut Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tuwaijiri, pengertian syirik adalah menyukutukan Allah SWTdalam rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, asma’ (nama-nama) dan sifat-Nya, atau salah satunya. Jika seorang hamba meyakini bahwa ada sang Pencipta atau sang Penolong selain Allah SWT, maka ia telah musyirik.

Jika ia berkeyakinan bahwa ada Tuhan selain Allah SWT yang berhak untuk disembah, maka ia telah musyirik. Dan jika ia berkeyakinan bahwa ada yang menyerupai Allah SWT dalam asma’ (nama) dan sifat-Nya, maka ia telah musyirik.

Sejarah Perjalanan Prilaku Syirik

Suku-suku Arab yang telah punah, seperti suku ‘Adalah dan Thamud, umat Nabi Hud dan Nabi Saleh penghuni daerah Madyan dan Saba, serta umat Nabi Syu’ib dan Nabi Sulaiman hidup di antara para penyembah berhala atau matahari, mengutip Ja’far Subhani dalam Studi Kritis Faham Wahabi Tauhid dan Syirik.

Bangsa Arab dari keturunan Nabi Ismail, untuk masa-masa tertentu, adalah kaum yang bertauhid dan mengikuti ajaran-ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail a.s, akan tetapi lama- kelamaan akibat pergaulan dengan suku-suku penyembah berhala dalam masyarakat Arab jahiliah, secara beransur-ansur timbul pula kepercayaan keberhalaan sebagai ganti akidah tauhid.

Di samping itu, beberapa peneliti berpendapat bahwa keberhalaan tumbuh akibat penghormatan dan takzim berlebih-lebihan serta keinginan untuk mengabadikan kenangan terhadap tokoh-tokoh besar. Setiap kali seorang tokoh besar meninggal dunia, mereka memahat patung untuk menghidupkan kembali kenangan kepadanya dan mengabadikan penghormatan kepadanya dalam diri mereka.

Namun dengan berlalunya masa dan bergantinya generasi demi generasi, patung-patung ini pada akhirnya berubah menjadi sesembahan, meskipun pada mulanya tak ada kepercayaan seperti itu yang menyertai pembuatannya dahulu. Menurut Yusuf Qardhawi dalam Hakikat Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan, syirik yang pertama kali terjadi di bumi adalah syirik kaum Nabi Nuh a.s, penyebabnya adalah ghuluw (berlebihan) terhadap orang-orang shalih. 

Baca juga  Sikap yang dibutuhkan agar menjadi seorang muslim yang inovatif adalah

Untuk menolak kepercayaan keberhalaan ini, Hamka memberikan dua hujjah, karena suatu ibadah hendaklah ada alasan dan dalilnya. Menurut beliau Pertama, dalil dengan mempergunakan akal, berhala yang dibuat dengan tangan sendiri dianggap mempunyai kekuasaan seperti Tuhan dan disembah seperti menyembah Tuhan.

Dalil bukti, yang disebutkan data dan fakta untuk mengetahui sumber dari kepercayaan yang pelik itu. Jika hal itu dikatakan agama, maka tunjukkan kitabnya yang diturunkan Allah SWT seperti Taurat, Injil, Zabur, dan Alquran. Namun semuanya itu tidak ada.

Hamka memberikan gambaran bahwa ajaran kebatinan merupakan karut marut dan kacau balaunya fikiran manusia. Hamka menilai bahwa manusia yang mempraktekkan ajaran kebatinan telah melakukan tipu daya yang cukup besar karena mengklaim dirinya telah menerima wangsit atau pesan dari yang gaib seperti halnya wahyu atau ilmu ladunni yang dimiliki oleh para ahli tasawuf, padahal kemudian terbukti bahwa wangsit itu diterimanya dari syaitan.

Jenis-Jenis Syirik

Syirik adalah perbuatan, anggapan atau i’tikad yang menyekutukan Allah SWT dengan yang lain, seakan-akan ada yang maha kuasa di samping Allah SWT. Pengertian syirik dapat dipahami dari berbagai seginya. Dalam surah an-Nisa ayat 48, dijelaskan bahwa pembagian syirik dibagikan kepada enam macam, yaitu:

  1. Syirik al-Istiqlal, yaitu menetapkan pendirian bahwa Tuhan itu ada dua dan keduanya bebas bertindak sendiri-sendiri. Seperti syiriknya orang majusi (penyembah api). Menurut mereka Tuhan itu dua, pertama Ahuramazda, Tuhan dari segala kebaikan dan Ahriman, Tuhan dari segala kejahatan.
  2. Syirik at-Tab’id, yaitu menyusun Tuhan terdiri dari beberapa Tuhan, sebagai syiriknya orang Nasrani.
  3. Syirik at-Taqrib, yaitu beribadat, memuja kepada yang selain Allah SWT untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana syiriknya orang Jahiliah zaman dahulu.
  4. Syirik at-Taqlid, yaitu memuja, beribadat kepada yang selain Allah SWT karena taqlid (turut-turutan) kepada orang lain.
  5. Syirik al-Asbab, yaitu menyandarkan pengaruh kepada sebab-sebab yang biasa, sebagaimana syiriknya orang-orang ahli filsafat dan penganut paham naturalis. Mereka berkata bahwa segala kejadian alam ini tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan, meskipun Tuhan itu ada. Melainkan adalah sebab-akibat daripada alam itu sendiri.
  6. Syirik al-Aghrad, yaitu beramal bukan karena Allah SWT.

Empat yang pertama di atas, hukumnya ialah kufur menurut ijma’ ulama. Hukum yang keenam ialah maksiat (durhaka) bukan kafir, menurut ijma’. Adapun hukum syirik yang kelima mengkehendaki penjelasan.

Barangsiapa yang berkata bahwa sebab-sebab yang biasa itulah yang memberi bekas menurut tabi’atnya, tidak ada sangkut-paut dengan Allah SWT kafirlah hukumnya. Dan barangsiapa yang berkata bahwa alam itu memberi bekas karena Tuhan Allah SWT telah memberikan kekuatan atasnya, orang itu fasiq.

Baca juga  Sebutkan Manfaat Mempelajari Ilmu Tasawuf

Pembagian Syirik Secara Kuantitas dan Kualitas

Pembagian syirik secara kuantitas dapat dibagi tiga, mengutip Syahrin Harahap dan Hasan Bakti Nasution dalam Ensiklopedi Aqidah Islam, yaitu:

  1. Syirik Uluhiyyah, yaitu menyekutukan Allah SWT dalam arti meyakini adanya Tuhan lain selain Dia, sebagai pencipta alam semesta.
  2. Syirik Rububiyyah, yaitu menyekutukan Allah SWT dalam arti meyakini adanya Tuhan lain selain Dia, sebagai pemelihara dan pengatur alam semesta.
  3. Syirik ‘Ubudiyyah, yaitu menyekutukan Allah SWT dalam arti meyakini adanya Tuhan lain selain Dia, sebagai yang disembah. Dengan kata lain, seseorang menyembah Allah SWT sekaligus menyembah tuhan-tuhan lain.

Sementara, secara kualitas syirik dapat dibagi dua,yaitu:

  1. Syirik besar (al-Syirk al-Akbar), yaitu meyakini adanya Tuhan selain Allah SWT. Disebut syirik besar karena menyekutukan Tuhan secara keseluruhan. Begitu besarnya, sehingga dosa pelaku syirik ini tidak diampuni Allah. Secara teologis tidak semua orang musyrik disamakan dengan kafir, karena di antara mereka ada yang tetap percaya kepada Allah SWT, tidak sama dengan orang kafir yang sebenarnya. Namun, karena dosa-dosanya tidak diampuni Tuhan, maka di akhirat ia akan masuk neraka.
  2. Syirik kecil (al-Syirk al-Asqhar), yaitu melakukan sembahan bukan karena Allah SWT, tetapi karena manusia. Misalnya, seseorang melaksanakan shalat bukan karena Tuhan, tetapi karena manusia, agar disebut alim. Dalam Islam syirik bentuk ini disebut juga dengan riya. Disebut syirik kecil karena menyekutukan Tuhan hanya dalam beribadah.

Bentuk-Bentuk Syirik

Bentuk dan ragam syirik berbeda-beda dari masa ke masa, dan di suatu tempat dengan tempat yang lainnya. Misalnya, bentuk syirik yang dilakukan kaum Nabi Nuh AS adalah menyembah Wadd, Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Mereka adalah orang-orang shalih sebelum zaman Nabi Nuh AS. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kepada orang-orang pada zaman itu supaya membuat gambar-gambar dan patung mereka.

Sementara itu, bentuk syirik yang dilakukan oleh Bani Israil adalah menyembah anak sapi. Bentuk kemusyrikan kaum Nasrani adalah menuhankan Nabi Isa a.s. Orang-orang Majusi melakukan kesyirikan dalam bentuk menyembah api. Sedangkan Arab Jahiliah melakukan kemusyrikan dalam bentuk mengambil pemberi syafaat dari selain Allah SWT.

Bebrapa contoh tersebut merupakan bukti bahwa perbuatan syirik akan tetap terjadi di tengah-tengah umat manusia dengan beragam bentuknya. Untuk mengetahui ragam syirik, maka berikut ini adalah bentuk- bentuk syirik:

1. Sihir

Sihir adalah tindakan kufur dan termasuk tujuh dosa besar yang membinasakan. Sihir mengakibatkan bahaya dan tidak bermanfaat.Allah SWT berfirman yang artinya “Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka” (Qs. al-Baqarah: 102).

Orang yang mempraktekkan sihir dianggap telah kafir. Vonis untuk penyihir adalah dibunuh. Pendapatan yang dihasilkan dari sihir adalah haram dan tercela. Sebagian orang melakukan tindakan haram dengan meminta bantuan tukang sihir untuk mengatasi sihir yang menyerangnya, tetapi seharusnya ia kembali kepada Allah SWT dan mencari kesembuhan dengan firman-Nya, misalnya dengan membaca ayat-ayat perlindungan dan lain sebagainya.

Baca juga  Apa yang dimaksud As-Sabiqun Al-Awwalun

2. Menyembah Kuburan

Menyembah kuburan berarti meyakini bahwa para wali yang telah meninggal bisa memenuhi kebutuhan dan menyingkirkan musibah, serta memohon pertolongan dan bantuan kepada mereka.24 Allah SWT berfirman yang artinya “Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia” (Qs. al-Isra’: 23).

Begitu juga berdoa kepada orang mati, baik para nabi, orang- orang shalih taupun yang lain, untuk meminta syafaat atau untuk menghindarkan diri dari kesusahan. Padahal Allah SWT telah berfirman yang artinya “Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemi

Sebagian penyembah kuburan berkeliling di sekitar kuburan, menyentuh dan mengusap tiang-tiangnya, mencium pintunya dan melumuri wajah  dengan tanahnya. Apabila melihat kuburan dan berdiri di hadapannya, mereka bersujud dengan khusyuk dan tunduk, seraya memanjatkan permohonan dan kebutuhan. 

Padahal Allah SWT telah berfirman yang artinya, “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah SWT, (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat, dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?” (Qs. al-Ahqaf: 5). Bentuk kesyirikan yang lain adalah bernazar untuk selain Allah SWT, seperti orang-orang yang bernazar untuk memasang lampu dan lilin bagi penghuni kubur.

3. Tathayyur

Tathayyur adalah menganggap mendapati kesialan karena hewan, seseorang, atau suatu tempat dan itu termasuk syirik karena pelakunya bergantung pada selain Allah SWT dengan keyakinan mendapat bahaya dari makhluk yang tidak mempunyai mafaat atau mudharat untuk dirinya sendiri.

Padahal, segala sesuatu, termasuk keberuntungan dan kesialan, telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk menimpa siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah SWT akan menimpakan sebuah kesialan dan keberuntungan kepada setiap orang disesuaikan dengan amal ibadahnya, atau memang Allah SWT hendak menguji orang tersebut.

—————-#—————-

Baca juga Poligami Dalam Pandangan Islam: Pengertian, Hukum, Dalil dan Syaratnya

Demikian yang dapat Teknik Area bagikan, tentang pengertian syirik, sejarah syirik, jenis-jenis syirik, pembagian syirik dan bentuk syirik. Sekian dan terima kasih telah mengunjungi www.teknikarea.com, semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi di artikel Agama berikutnya. Dapatkan informasi-informasi menarik mengenai hosting terbaik, jasa pembuatan website dan website gratis, Software VPN terbaik, tempat wisata favorit, jasa iklan google, harbolnas, HP Terbaik 2 jutaan, tips investasi emas, tips investasi pada forex tanpa trading, asuransi mobil, dan Indonesia culture.